Powered By Blogger

Kamis, 28 April 2011

Iklas Marang Kang Wis Kelakon, Nrimo Marang Kang Lagi Dilakoni, Lan Pasrah Marang Kang Bakal Ono









"Iklas Marang Kang Wis Kelakon, Nrimo Marang Kang Lagi Dilakoni, Lan Pasrah Marang Kang Bakal Ono" (Ikhlas dengan yang sudah terjadi, menerima dengan yang sedang dijalani, dan pasrah dengan yang akan terjadi), kira-kira begitu maknanya. Memang akan terasa indah jika kita hidup dengan falsafah-falsafah indah seperti ini.
Iklas marang kang wis kelakon, bermakna bahwa apapun yang sudah terjadi pada diri kita harus kita ikhlaskan. Baik dan buruk yang terjadi pada kita selalu mengandung hikmah. Dari yang baik yang terjadi pada kita bermakna bahwa kita seyogyanya harus melakukan yang lebih baik lagi, dan buruk yang terjadi pada kita juga dapat kita maknai bahwa kita harus berintrospeksi diri dan mencari yang benar. Segala sesuatu terjadi ada maksud dan tujuan Tuhan Semesta Alam, Tuhan Yang Maha Segala-Galanya. Tidak ada sedikit pun dari maksud Tuhan yang buruk. Namun demikian, jika kita sebagai hamba menganggap bahwa Tuhan tidak sayang pada kita, maka itulah yang akan terjadi, namun sebaliknya jika sesuatu yang buruk terjadi pada kita dan kita dapat mengambil hikmah darinya maka itu pula yang akan kita petik: Kebaikan.
Nrimo marang kang lagi dilakoni, artinya bahwa apapun yang sedang kita jalani dalam hidup tentu sudah yang terbaik menurut Tuhan. Kita wajib menerima segala sesuatu yang diberikan kepada kita, baik kebaikan maupun keburukan. Kata nrimo (menerima) bukan berarti kita hanya menerima apa adanya tanpa adanya usaha lebih baik. Kata nrimo harus kita pikir dan kita renungkan sedalam-dalamnya sebagai acuan menata hidup ke depan. Berpikir ke depan menjadi lebih baik.
Pasrah marang kang bakal ono, berarti bahwa selain kita berusaha untuk melakukan yang lebih baik dari hari ini dan menjadi yang terbaik bagi diri kita dan lingkungan kita, sesungguhnya Tuhanlah yang menentukan. Apapun rencana kita sebagai hamba tidak akan berarti apa-apa jika Tuhan tidak menghendaki. Oleh karena itu sebagai insan SH Terate yang percaya kepada ke-Maha-an Tuhan, sudah semestinya kita berusaha memikirkan dan melakukan yang terbaik, namun semua kita pasrahkan kepada Tuhan. Pasrah dengan hasil apapun yang akan kita terima.
Dengan demikian, dengan landasan falsafah ini, insan-insan SH Terate tidak akan menjadi insan dan hamba pecundang, tetapi menjadi hamba yang kuat, kokoh, dan penuh kepasrahan kepada Tuhan Semesta Alam. Tuhan Yang Maha Esa atau Maha Satu. Mudah-mudahan.